“Robi itu bukan anak nakal… dia cuma korban. Tapi kenapa sampai hari ini dia harus menanggung sakit sendiri?” — Bu Poniman

Di sebuah gang kecil di sudut kota, langkah kaki seorang ibu terdengar perlahan namun pasti. Tangannya menjinjing box plastik berisi kopi sachet, gorengan dingin, dan satu termos air panas yang selalu ia bawa ke mana pun. Itulah rutinitas Bu Poniman, seorang ibu tangguh berusia 48 tahun yang setiap hari menjajakan kopi dan gorengan keliling, demi menghidupi anak

https://imgix.kitabisa.com/3b6a7605-62df-11f0-a864-a62bdc5b41dc_444F6006614ED7B6.jpg?auto=compress,format&cs=tinysrgb&fm=pjpg

laki-lakinya, Robi, yang kini berusia 12 tahun.Robi bukan anak biasa. Ia seharusnya bisa bermain, berlarian, dan tertawa lepas seperti anak-anak seusianya. Namun kenyataan berkata lain. Lima tahun lalu, saat Robi baru kelas 1 SD, ia menjadi korban bullying dari teman sekolahnya. Tanpa ampun, Robi didorong hingga jatuh dan mengalami patah tulang punggung. Sejak hari itu, hidup Robi dan ibunya berubah selamanya.

Awalnya, Robi sama sekali tidak bisa berjalan. Ia hanya bisa terbaring dan bergantung sepenuhnya pada sang ibu. Tahun-tahun pertama menjadi masa terberat: rumah mereka sempit dan panas, pengobatan tak kunjung datang karena biaya yang tak ada, dan waktu terus berjalan meninggalkan harapan. Namun Robi tidak menyerah. Ia terus berusaha bangkit sedikit demi sedikit.

Tiga tahun lalu, Robi akhirnya bisa berdiri lagi. Tapi harapan itu tak sepenuhnya manis. Hingga kini, tubuhnya tak lagi sama. Ia tidak mampu berjalan normal. Matanya sering tidak fokus. Tangannya tremor, mulutnya sulit mengucap kata, dan tubuhnya kehilangan keseimbangan. Bahkan saat duduk pun, Robi kerap jatuh jika tak disangga. Ia sering terdiam, menunduk, tak ingin orang lain melihat kondisinya.

Sepulang sekolah, Robi kadang ikut ibunya berjualan. Bu Poniman menggendong Robi atau menggandengnya pelan sambil menjinjing box plastik berisi dagangannya dan membawa termos panas. Banyak yang melihat, tapi sedikit yang tahu perjuangan mereka. Di tengah kehidupan yang sulit, Robi tetap semangat sekolah, dan Bu Poniman tetap berkeliling menjajakan dagangan demi sesuap nasi dan pengobatan untuk anaknya.

Tanpa Bantuan, Masa Depan Robi Bisa Gelap Selamanya

Kondisi Robi tidak akan membaik tanpa terapi intensif. Ia membutuhkan terapi bicara, fisioterapi, dan perawatan lanjutan untuk mengurangi tremor dan gangguan saraf yang ia alami. Namun, untuk sekali terapi saja, biayanya bisa ratusan ribu rupiah. Sementara itu, penghasilan Bu Poniman dari berjualan tak pernah lebih dari Rp 30.000 per hari.

“Saya cuma ingin Robi bisa hidup mandiri suatu hari nanti. Tapi saya nggak tahu, bisa nggak saya kuat terus begini…” ucap Bu Poniman sambil menatap Robi yang tertidur di pangkuannya.

Tanpa bantuan, Robi bisa kehilangan kesempatan satu-satunya untuk kembali pulih. Dan jika Bu Poniman tak lagi mampu mengurusnya, siapa yang akan menggantikan perannya?

Sahabat Inisiatif, Hari Ini Kita Bisa Jadi Harapan untuk Robi dan Ibunya

Bu Poniman tak meminta banyak. Ia hanya ingin Robi bisa sekolah dengan tenang, bisa menjalani terapi, dan memiliki masa depan yang lebih baik. Kita bisa mewujudkan itu bersama-sama. Donasi Anda akan sangat berarti untuk:

Membantu biaya terapi fisik, bicara, dan obat-obatan Robi

Membantu kebutuhan harian seperti makanan dan transportasi sekolah

Menyediakan modal usaha agar Bu Poniman bisa berdagang dengan lebih layak

Mendukung pendidikan Robi hingga ia bisa mandiri 

Mari Kita Bergerak Bersama! Jangan Biarkan Robi Berjuang Sendiri

-Klik tombol DONASI SEKARANG

Bagikan cerita ini ke media sosial atau keluarga Anda

adilah bagian dari gerakan yang menyelamatkan masa depan Robi

“Mereka tidak minta kasihan, mereka butuh kesempatan. Bantuan kecil darimu bisa jadi harapan besar bagi Robi dan ibunya.”

📌 Disclaimer Penggunaan Dana:

Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk mendukung pemulihan kesehatan Robi, kebutuhan harian, pendidikan, serta modal usaha sederhana bagi Bu Poniman. Jika dana yang terkumpul melebihi kebutuhan, maka akan disalurkan kepada penerima manfaat lain di bawah pengawasan Yayasan Wahdah Inisiatif Kebaikan, dengan prinsip amanah, adil, dan transparan.

Kantor Yayasan Wahdah Inisiatif Kebaikan

Jl. Graha Jati No.5 RT001/RW013 Desa Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kode Pos 40216

Informasi & Konfirmasi Donasi

+62 877-7717-71745 ( Call Center ).