Inisiatif Kebaikan – Indonesia's Fundraising Platform
Tolong! Hamdan Harus Terus Transfusi Seumur Hidup
Ribuan Anak Sakit Kronis Terancam Tak Bisa Berobat

Tolong! Hamdan Harus Terus Transfusi Seumur Hidup

Rp. 0
Terkumpul dari Rp. 75.000.000
188 hari


“Ayah, kalau aku sembuh, aku pengen bantu Ayah jualan surabi.” — Hamdan, 15 tahun

Di balik tubuh kecil dan wajah pucatnya, Hamdan menyimpan semangat hidup yang luar biasa besar. Ia baru berusia 15 tahun dan kini duduk di bangku kelas 3 SMP. Namun, siapa pun yang pertama kali melihatnya pasti tidak akan menyangka bahwa Hamdan sudah remaja — tubuhnya mungil, berat badannya tak sampai 30 kilogram, dan wajahnya tampak lebih muda dari usianya.

Sudah dua tahun ini Hamdan berjuang melawan Thalasemia, penyakit kelainan darah serius yang membuat tubuhnya tidak mampu memproduksi hemoglobin secara normal. Akibatnya, darahnya harus diganti secara rutin melalui transfusi darah setiap minggu agar ia tetap bisa hidup. Tanpa transfusi itu, tubuhnya akan melemah, kulitnya membiru, dan napasnya menjadi sesak.

Setiap Hari Adalah Perjuangan Tanpa Henti

Setiap pagi, Ede (42 tahun), sang ayah, mempersiapkan Hamdan untuk berangkat ke sekolah. Sekolah Hamdan terletak cukup jauh — hampir satu jam perjalanan dari rumah. Di usia remajanya, Hamdan seharusnya bisa naik sepeda atau berjalan sendiri bersama teman-temannya, namun kenyataannya sangat berbeda.

Kondisi tubuhnya yang sering lemas membuat Hamdan sulit berjalan jauh. Karena itu, Ede hampir setiap hari menggendong anaknya di perjalanan menuju sekolah. Dengan napas terengah dan langkah berat, Ede tetap melangkah — melewati jalan berbatu, menuruni gang sempit, dan menyebrangi jalan ramai sambil menahan rasa lelah yang luar biasa.

Di tengah perjalanan, Hamdan sering berkata pelan,

“Ayah capek ya? Nanti kalau aku sembuh, aku mau bantu jualan surabi biar Ayah gak sendirian.”

Ede hanya bisa tersenyum dan membelai kepala anaknya, menahan haru dalam dada.

“Ayah gak capek, Nak. Ayah senang bisa anterin kamu sekolah.”

Begitulah setiap hari mereka jalani. Tidak ada kendaraan, tidak ada kemewahan, hanya kasih sayang dan keteguhan yang menjadi bahan bakar semangat keduanya.

Hidup dalam Keterbatasan

Ede hanyalah seorang penjual surabi keliling. Ia menjajakan dagangan dari pagi hingga sore hari, namun surabi yang ia jual bukan miliknya sendiri. Ia hanya bekerja menjual milik orang lain dan mendapatkan upah dari hasil penjualan.

Setiap harinya, Ede hanya membawa pulang sekitar Rp20.000 hingga Rp30.000. Jumlah yang bahkan tidak cukup untuk membeli satu kantong darah bagi anaknya. Karena itu, tak jarang ia harus meminjam uang dari tetangga atau menunda transfusi darah Hamdan ketika uangnya tidak mencukupi untuk ongkos ke rumah sakit.

Mereka kini tinggal di sebuah rumah permanen sederhana milik kerabat. Meskipun rumah itu berdinding bata dan beratap genteng, hampir semua isinya adalah barang pemberian orang. Di dalam rumah kecil itu hanya ada satu tempat tidur yang mereka gunakan bergantian. Kadang Hamdan tidur di pangkuan ayahnya, sementara Ede tetap terjaga, memastikan anaknya bisa bernapas dengan tenang sepanjang malam.

Saat Transfusi Tertunda, Nyawa yang Dipertaruhkan

Setiap kali jadwal transfusi darah tiba, Ede selalu tampak cemas. Ia harus memikirkan ongkos menuju rumah sakit, uang makan selama di perjalanan, dan biaya pendampingan selama Hamdan dirawat. Jika uang belum cukup, mereka harus menunda — dan itulah saat-saat paling menakutkan bagi mereka.

Pernah suatu ketika, Hamdan hampir pingsan karena tubuhnya terlalu lemah. Wajahnya membiru, bibirnya pucat, dan napasnya tersengal. Ede segera berlari mencari tumpangan menuju rumah sakit terdekat, membawa anaknya dalam pelukan, dengan air mata yang tak terbendung.

“Saya cuma ingin anak saya bisa hidup lebih lama,” ucap Ede lirih.

“Saya tahu saya miskin, tapi saya gak mau menyerah.”

Kata-kata itu menggambarkan seluruh hidupnya: sederhana, tulus, tapi penuh perjuangan dan cinta yang tak terukur.

Harapan Seorang Ayah

Ede tidak pernah meminta banyak. Ia tidak meminta rumah megah, kendaraan, atau kekayaan. Yang ia inginkan hanya satu: kesembuhan untuk Hamdan. Ia ingin melihat anaknya tumbuh besar, bisa bersekolah seperti anak-anak lainnya, dan memiliki masa depan yang layak.

Namun tanpa bantuan, semua itu sulit terwujud. Penghasilan Ede tak cukup untuk menanggung biaya pengobatan rutin, sementara kondisi Hamdan terus menurun jika tidak mendapatkan transfusi tepat waktu. Di sisi lain, kebutuhan hidup sehari-hari juga tetap harus dipenuhi.

Hamdan masih ingin bersekolah. Ia masih punya cita-cita menjadi guru agar bisa membantu banyak anak lain. Tapi penyakitnya membuat semua itu terasa jauh, kecuali jika ada uluran tangan dari kita semua.

Mari Bersama Menjadi Harapan untuk Hamdan dan Ayahnya

Gengs RUKIs hari ini kita punya kesempatan untuk membantu Hamdan tetap hidup, untuk membuat ayahnya tersenyum lega walau hanya sebentar.

Donasi dari Anda dapat membantu mereka untuk:

Biaya transfusi darah rutin dan pengobatan Thalasemia

Nutrisi tambahan dan kebutuhan harian Hamdan

Transportasi menuju rumah sakit setiap minggu

Biaya sekolah agar Hamdan tidak putus pendidikan

Modal kecil bagi Ede agar bisa berjualan sendiri dan mandiri

Dengan bantuan kita, Hamdan bisa kembali tersenyum, bisa bernafas tanpa rasa sesak, dan bisa mengejar cita-citanya seperti anak-anak lainnya.

Ayo, Saatnya Kita Bergerak Bersama

Klik “DONASI SEKARANG” dan kirimkan bantuan terbaikmu untuk Hamdan.

Bagikan juga kisah ini agar semakin banyak hati yang tersentuh dan ikut membantu.

“Karena sekecil apa pun kebaikan yang kita beri, bisa jadi secercah harapan yang menyelamatkan hidup seseorang.”

Disclaimer Penggunaan Dana

Seluruh dana yang terkumpul dari penggalangan ini akan digunakan untuk kebutuhan pengobatan dan transfusi darah rutin Hamdan, pemenuhan kebutuhan harian, biaya sekolah, serta dukungan ekonomi untuk ayahnya, Ede.

Apabila dana yang terkumpul melebihi kebutuhan Hamdan, kelebihannya akan disalurkan kepada penerima manfaat lain di bawah naungan Yayasan  secara amanah, transparan, dan tepat sasaran.

Show/Hide Content

Go back to the main