
Jarinya Perlahan Hilang,Kulit Deni Mengelupas dan Menghitam
Rp. 08 tahun sudah, Deni bertahan dalam kesakitan yang tak bisa dibayangkan oleh kebanyakan orang. Kulitnya perlahan menghitam seperti terbakar, kering, pecah, dan mengelupas setiap kali rasa gatal datang menghantam. Gatal itu bukan gatal biasa menyerang hingga ke dalam tulang. Setiap kali digaruk, bukan hanya kulit yang rontok, tapi darah dan nanah juga ikut mengalir, membasahi tubuhnya yang sudah lemah tak berdaya. Luka-luka itu tak kunjung sembuh, hanya makin melebar, makin dalam, dan makin menyakitkan. Seolah tubuh Deni adalah ladang luka yang tak pernah diberi kesempatan untuk pulih.
Yang lebih memilukan, jari-jemari Deni mulai lepas satu per satu. Bukan karena tindakan medis, bukan karena amputasi. Tapi karena membusuk, pelan-pelan, tanpa perawatan. Luka di jarinya mengering lalu terkelupas, menyisakan tulang dan kulit yang akhirnya terpisah sendiri. Bayangkan bagaimana rasa sakit yang Deni harus tanggung tak hanya fisik, tapi juga mental.
Kini, Deni hanya bisa berdiam dirumah, Suaranya pun perlahan menghilang, seperti tubuhnya yang semakin hari semakin lemah. Sakit itu telah merambat ke seluruh tubuhnya. Bahkan wajahnya pun tak luput. Setiap kali ia mandi, rasa gatal yang tak tertahankan muncul lebih hebat dari biasanya. Ia terpaksa menggaruk, dan darah serta nanah pun mengalir dari wajahnya. Perih itu datang setiap hari, tanpa henti, tanpa jeda.
Deni hidup hanya berdua dengan ibunya. Ayahnya telah meninggal sejak 10 tahun lalu. Sang ibu, satu-satunya orang yang merawat Deni, kini pun lumpuh. Ia terjatuh terguling dari ketinggian, hingga pinggulnya terbentur benda keras. Sejak itu, ia tidak lagi bisa berjalan normal. Kini mereka berdua hanya bisa saling menguatkan di tengah kondisi yang amat memilukan. Tak ada penghasilan. Tak ada harta. Tak ada yang bisa mereka andalkan selain belas kasih tetangga atau saudara yang sesekali datang membantu.
Setiap hari, Deni hanya bisa berbaring sambil menahan nyeri yang luar biasa, sementara ibunya berjuang dengan keterbatasan fisik untuk tetap merawat anaknya. Mereka tak punya cukup uang untuk berobat, apalagi menjalani perawatan intensif. Tak ada BPJS aktif. Tak ada kendaraan untuk ke rumah sakit. Bahkan untuk sekadar makan sehari-hari pun, mereka menggantungkan harapan pada kemurahan hati orang lain.
Di tengah semua keterbatasan dan penderitaan itu, Deni masih terus bertahan. Ia tidak pernah menyerah, meskipun tubuhnya nyaris habis dilahap penyakit.
Kantor Yayasan Wahdah Inisiatif Kebaikan
Jl. Graha Jati No.5 RT001/RW013 Desa Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kode Pos 40216
Informasi & Konfirmasi Donasi
+62 877-7717-71745 ( Call Center )